KEBAKARAN pasar ternyata lebih heboh daripada
kebakaran jenggot. Hari itu Rabu malam 7 Mei 2014, tepat semalam sebelum
pelantikan Walikota Makassar yang baru, pasar Sentral Makassar terbakar. Entah
sengaja atau tidak yang pasti hiruk-pikuknya sangat ramai riuh rendah.
Ini kali pertama saya bepergian dan
menyaksikan langsung kebakaran. Tidak tanggung-tanggung yang terbakar, sebuah
pasar di jantung kota Makassar ludes dilalap si jago merah dengan cepat. Naluri saya sebagai wartawan bodrek memaksa untuk mengambil secuplik-dua cuplik gambar
kobaran api dari jarak dekat. Menantang sekali.
###
Alkisah kopi yang saya pesan di
emperan lapangan Karebosi masih mengepul, menguarkan aroma kopi Toraja yang
lazis tiada tara. Suasana masih damai adem tentrem gemah ripah loh jinawi
hingga terdengar sirine brandweer pertanda
drama dimulai. Saya letakkan gelas kopi dan segera berlari ke trotoar jalan.
Orang-orang sudah ramai berduyun-duyun ke arah datangnya cahaya seolah sedang menyongsong matahari yang akan segera terbit. Asalnya cahaya dari pasar Sentral yang hanya
sekitar 500 meter dari tempat saya ngopi.
Terang benderang laksana matahari akan terbit |
Ini jam 10 malam, tidak mungkin ada
matahari terbit jam segini. Kecuali Dayang Sumbi bikin perkara di tanah
Makassar, menolak cinta haram Sangkuriang kemudian membakar jerami untuk
mengusir jin suruhan sang putra kandung. Tapi sekali lagi ini di Ujung Pandang
bukan di bumi Pasundan. Mana berani Dayang Sumbi bikin onar. Usut punya usut, ternyata pasar Sentral kembali terbakar, padahal dua tahun lalu sudah pernah terjadi.
Belum jera juga rupanya.
Bukan hasil karya Dayang Sumbi |
###
Berbekal kamera ponsel, langsung saya foto dan rekam kejadian dramatis di pasar. Saya berdiri mengambil gambar tepat di perempatan di depan
gedung Jusuf Kalla. Dari situ energi panas api sudah bisa dirasakan. Hangat
menjulur ke seluruh tubuh. Berbondong-bondong orang menyelamatkan barang
dagangan. Mereka berlarian menuju arah lapangan Karebosi. Bagi yang tidak sempat
mengangkut barang-barangnya karena terlanjur dilahap si jago merah hanya bisa
menangis pasrah di emperan jalan. Mobil, motor, apa saja bergelimpangan tak
keruan. Gelap mencekam, rusuh luar biasa.
Bunga Api bertebaran di angkasa |
Saya masih berdiri di perempatan
persis di pelataran gedung Jusuf Kalla tadi, sekonyong-konyong bunga api
menyemburat di angkasa. Indah tapi bahaya. Saya rasakan panas api makin
meningkat. Kobaran pun mendekat. Menjalar. Menggeliat. Orang-orang tambah
panik. Jumlah massa yang berlarian kocar-kacir semakin banyak. Mereka ibarat
rombongan bedol desa yang kompak serempak, lari tunggang langgang menjauhi
perempatan. Saya termasuk didalamnya. Terbirit-birit.
Api mendekat, bubar semua. |
Api cepat sekali menjalar, melahap
apa saja yang ada didepannya. Sambil berlari saya serukan ke orang-orang
disekitar untuk membawa kendaraannya menjauh. Tinggalkan barang yang tidak bisa
terangkut. Kala itu nyawa terasa berharga sekali.
Pasukan brandweer kembali menyerbu, dibelakang sana terjadi perang antara
api dan air. Entah berapa lama, saya terus menjauh dari kebakaran.
###
Satu hari Sebelumnya
Mendapatkan
penginapan dipinggiran Pantai Losari membuat saya rajin bangun pagi. Sekedar
jalan-jalan dan mencicipi makanan di sepanjang tanjung Makassar.
Selamat pagi |
Mayoritas pedagang disana menjual Pisang Epe. Pisang
Epe adalah pisang bakar yang aslinya disiram saus gula merah. Didukung jaringan
internet, saus gula merah mulai berulah. Si gula bertransformasi menjadi rasa durian, nanas,
strawberry, coklat, dan sebagainya. Rupanya para pedagang Pisang Epe
kongkalingkong, mematok harga 8000 rupiah per porsi isi 3 pisang. Kalau kawan
mau tambah taburan keju harus ekstra 2000 rupiah. Selidik punya selidik
ternyata peran keju tadi adalah agar Pisang Epe bisa go international seperti coke bottle. Niat betul.
Pisang Epe, hanya dengan saus gula merah. KW Super. |
Dari depan Masjid tengah laut, saya coba naik piti-piti. Sebuah kendaraan
umum laksana angkutan kota alias angkot. Tujuan saya mengunjungi bekas kerajaan
Gowa. Namun piti-piti tidak berhenti sampai disana, maka saya harus menumpang
kendaraan pribadi yang mengarah ke Gowa. Pemberhentian pertama adalah makam
raja-raja Gowa.
Masjid Tengah Laut. Cakepp. |
###
Saya
baru tahu kemarin kalau Sultan Hasanuddin dilahirkan dengan nama Muhammad Baqir. Beliau
menjabat sebagai Raja Gowa diusia 23 tahun. Padahal saya sudah mengenal pahlawan ini sejak
dibangku Sekolah Dasar.
Pun yang hanya saya tahu adalah
julukan Sultan Hasanuddin ketika berperang melawan Belanda yaitu Ayam Jantan dari Timur.
Dari jaman SD, akhirnya ketemu beliau. Walau makamnya aja. |
Saya juga tahu bahwa setelah baginda
menjadi Raja, namanya menjadi I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto
Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla Pangkana. Nama yang panjang dan
cukup keren.
Makam sang Raja |
Ingat Sultan Hasanuddin, pasti ingat
Perjanjian Bungaya atau Cappa ri Bungaya. Otomatis yang terlintas adalah pertanyaan
cerdas cermat jaman SD di kantor kecamatan demi menanyakan tanggal perjanjian.
Baiklah, mumpung saya di Makassar, sekali lagi saya jawab: Perjanjian Bungaya
dilakukan pada tanggal 18 November 1667. Penting, penting sekali wahai anak
muda.
###
Dari
makam Raja-raja, perjalanan saya teruskan mengunjungi ke bekas kerajaan
Gowa. Letaknya tidak begitu jauh dari makam. Tetap harus nebeng kendaraan lewat.
Sebenarnya Kerajaan Gowa ini terakhir ditempati oleh Raja Gowa ke-36 yang mangkat
pada tahun 1978. Setelahnya barulah bangunan kerajaan ini beralih fungsi
menjadi museum.
Ex Palace |
Ada dua massa bangunan utama. Istana
dan Museum. Bagian Istana disebut Istana Tamalate dan bagian Museum bernama
Balla Lompoa. Saya hanya masuk ke bagian Museum karena Istananya dikunci.
Sayap Kanan Istana dijadikan Museum |
Hari itu saya sedang mujur. Bagian
belakang museum yang terhubung dengan Istana mempunyai sebuah kamar rahasia.
Kamar ini biasanya terkunci, tapi kali ini dibuka untuk saya. Hebat betul.
Sang juru kunci, yang mana keturunan raja, sedang ada di museum pada saat
saya datang. Dia menyambut saya laksana pemandu wisata, dan saya kira memang
dia berprofesi sebagai pemandu. Sang juru kunci hanya menjelaskan silsilah keluarga raja secara singkat, kemudian dia pergi ke kamar rahasia. Saya dipanggilnya.
Ternyata kamar rahasia itu dibukanya. Dia mempersilahkan saya masuk kedalam dan melihat
barang yang ada disana. Aiihhh, ada mahkota emas konon seberat dua kilogram
teronggok ditutupi kaca.
Mahkota Raja Gowa dari Raja Pertama hingga Terakhir, Full Emas 2 Kg. |
Sang juru kunci mengatakan bahwa
mahkota itu dipakai oleh Raja Gowa pertama hingga terakhir. Uniknya adalah
tidak ada yang mengetahui dari mana mahkota itu berasal. Saya hanya bisa terkagum-kagum.
King's Dining Room |
Setelah itu sang juru kunci
memperlihatkan sebuah kursi yang ditutup selembar kain berwarna merah.
Tahukah kawan, itu adalah kursi Raja yang dipakai oleh Sultan Hasanuddin dan
Raja-raja lainnya.
Aura Raja membuat tingkat ketampanan naik beberapa derajat |
Saya hanya manggut-manggut takzim.
Tak dinyana, sang juru kunci menyuruh saya duduk di kursi itu. Malahan jadi saya
yang grogi. Masa boleh duduk di kursi Raja. Sang juru kunci mengizinkan dan
mempersilahkan. Maka saya coba duduk di kursi itu, sensasinya luar biasa.
Tingkat ketampanan saya langsung naik beberapa derajat, selain itu terasa aura
penguasa yang mengalir beberapa detik. Eforia penguasa laksana pejabat benar-benar
saya rasakan. Pokoknya tidak mau pisah dari singgasana. Karena itulah saya baru paham, bahwa banyak pejabat
yang langsung mencret begitu tahu jabatannya dicopot. Bukan main efeknya.
Bahkan di Makassar, nama saya dijadikan hiasan kota :) |
###
Dua hari sebelumnya
Saya
tiba di Makassar nyaris tengah malam, langsung menuju penginapan. Rencana keesokan paginya adalah berkunjung ke Fort Rotterdam.
Benteng Rotterdam peninggalan Belanda yang terletak di depan dermaga Popsa ini dibangun pada tahun 1545 ketika masa pemerintahan Raja Gowa ke-9.
Fort Rotterdam beberapa kali mengalami
restorasi dan kondisinya hingga saat ini masih cukup baik.
###
Pangeran Diponegoro pun pernah diasingkan selama 25 tahun disini. Kebayang gak tuh ngapain aja disekitaran benteng selama itu.
Dari Fort Rotterdam, saya menumpang
kendaraan menuju Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Lokasinya berada
sekitar satu jam setengah dari kota Makassar. Hanya ada satu jalan menuju
kesana, dan jalanannya tidak terlalu lebar untuk dilewati dua mobil.
Bantimurungwood |
Entrance |
Taman Nasional ini memiliki air terjun dan beberapa gua. Selain untuk wisata bisa juga dijadikan tempat penelitian. Hutan Bantimurung banyak terdapat kupu-kupu.
Bahkan masyarakat lokal menangkap dan
menjadikannya sebagai hiasan. Secara keseluruhan Taman Nasional Bantimurung ini
lumayan tertata dan menjadi lokasi wisata terdekat dari pusat kota.
Gua yang saya datangi adalah Gua Batu
dan Gua Mimpi. Diatas air terjun dan harus hiking sedikit, maka akan sampai di
kuburan sebelum Gua Batu. Sedikit horor tapi udaranya sejuk.
Pajangan Kupu-kupu |
###
Ketika kembali ke kota Makassar, saya siap
berkuliner. Makanan pertama adalah Mie Titi. Bentuknya mirip I Fu Mie, namun
potongan mie nya lebih kecil dan garing serta lebih hancur. Mie Titi disiram
kuah panas kental bercampur potongan ayam atau seafood. Alamak rasanya hangat
gurih. Biasanya dimeja-meja disediakan acar cabai rawit yang pedas luar biasa.
Setelah Mie Titi, saya mencoba Jalang
Kote. Mirip sekali pastel namun isinya ditambah ubi kayu. Biasa saja, namun
ketika dimakan dengan sausnya menjadi spesial.
Belum selesai disitu, saya icipi juga
Barongko dan Kue Pelita. Barongko tampilannya mirip Botok. Dibungkus daun
pisang. Ketika dibuka, potongan pisang yang ditumbuk halus bercampur telur lalu
dikukus menyeruakkan aroma manis. Barongko ini konon berasal dari Bugis.
Acara kuliner ditutup dengan Es Pisang Ijo. Maknyuss. |
Perjalanan ke Makassar di awal bulan Mei ini saya anggap sebagai ‘teaser’ sebelum perjalanan akhir bulan nanti menuju Laos. Mari siapkan Salam, Lengkuas, dan Kencur.
@arkilos
edodoe kaliii maksudnya. coba dipecah jadi beberapa tuliaan gil..
BalasHapushaha iya. entar deh dipecah biar mengaduh sampai gaduh :)
Hapus