IMLEK 2014 Jakarta hujan. Mengingat tanning kulit mulai pudar, saya harus segera mantai. Santai kayak di pantai, selow kayak di pulow. Lagi-lagi Airasia, maskapai favorit saya yang mendukung liburan murah meriah nyaris gratis tiada duanya. Singkat saja, 4D/3N, macam liburan kaum berduit.
Tiket
gocengan alias 5000 perak menuju Bali. Entah kali keberapa saya ke pulau
Dewata. Teman kantor sampai mengira bini saya tinggal di Bali. Kali ini, saya menuju
Bali tidak dari Jakarta, tapi dari kota kembang Bandung. Demi ya, demi
penerbangan seharga goceng, saya rela mengarungi tol Cipularang yang sedang
amblas-amblasnya di musim hujan. Demi ngampar
bermalam di pool travel di daerah
Pasteur Bandung. Sekali lagi, semua rela saya lakukan demi tiket pesawat Airasia 5000
perak yang akan saya gunakan pada subuh keesokan harinya.
#1 Day One
Setengah
jam lepas tengah malam, saya sampai di daerah Pasteur. Meringkuk di kursi besi ruang
tunggu pool travel, tidur-tidur ayam
menunggu subuh. Hawa Bandung di musim hujan tengah malam, mirip suasana di
Belgia ketika mulai musim gugur. Dingin-dingin semlohai.
Sekitar
tiga jam mencoba tertidur pulas, tapi gagal total. Saya cegat taksi, menuju
Bandara Husein Sastranegara. Berharap menunggu disana lebih hangat sedikit. Alamak,
lebih parah, bandara masih tutup. Ngampar versi kedua, di teras bandara, dinginnya
amit-amit.
Ketika
bandara dibuka, saya lah penumpang pertama yang menyeruak masuk. Menyelesaikan
remeh-temeh urusan sebelum lepas landas. Pagi itu, Denpasar terasa hanya
sepelemparan kolor dari Bandung, musababnya saya tewas terkapar di dalam kabin.
Sungguh perjalanan singkat.
Selamat
pagi Bali. Selamat Imlek. Shenti jiankang, wan shi ru yi, nian nian you yu, ma
dao chenggong, gong xi fa cai. Kemudian hujan deras.
###
Musim
penghujan begini penting sekali membawa jas hujan. Sepeda motor langganan sudah
terparkir menunggu di depan bandara. Tujuan pertama saya adalah mengunjungi
Pulau Serangan. Pulau ini pertama kali saya liat dari udara ketika pulang dari
Labuan Bajo.
Pulau Serangan dilihat dari udara |
Sesaat sebelum mendarat di Bali, saya melihat rimbunnya hutan
bakau disebuah pulau yang terhubung dengan jembatan ke pulau Bali. Menarik
sekali untuk dilihat. Baru belakangan saya tahu nama pulau itu adalah pulau Serangan.
Cara
menuju pulau Serangan sangat mudah. Keluar toll Mandara yang kearah Denpasar,
belok ke timur alias ke kanan menuju Sanur. Tidak jauh peerhatikan rambu ada
arah menuju Serangan. Lakukan putar balik di bypass, ambil belokan ke kiri.
Lurus saja, suasana mulai sepi. Hanya hutan bakau dikanan kiri hingga
menyebrangi jembatan. Voila! Sudah sampai di Pulau Serangan.
Spoiler for toll Mandara dilihat dari udara *Penting bener* |
Memasuki Pulau Serangan |
Pulau
Serangan tidak terlalu besar. Berkeliling dengan motor sudah sangat cukup
nyaman. Penduduk di pulau ini mulai padat. Sajian utamanya adalah hidden beach. Pantai nyempil di
rerimbunan pohon bakau. Akses jalan menuju ke pantai Serangan masih tanah
berpasir. Tanpa aspal. Lubang-lubang di sepanjang jalan menyemarakkan manuver
kendaraan yang melintas. Bukan lagi lubang selebar tempayan. Tapi lebih besar,
mirip kubangan sapi ketika terisi air. Bukan main ajrut-ajrutan.
Jalanan berlubang menuju pantai nyempil alias hidden beach |
Begitu
sampai di pulau Serangan, aaaaahhhh paradise. Tipikal pantai Bali yang berpasir
putih. Tidak terlalu ramai. Memang ada rumah-rumah sederhana yang juga berfungsi sebagai warung. Pergi ke pulau
Serangan ini, saya tidak melihat adanya turis domestik. Semuanya bule, kecuali
saya, bule domestik.
Serangan Beach |
Aktifitas
standar pantai pun marak. Berjemur, surfing, berenang, dan leyeh-leyeh. Saya
pilih leyeh-leyeh plus nenggak air kelapa. Hidup memang harus disyukuri. Welcome back tanned skin.
Leyeh-leyeh dan moto apa yang bisa dipoto |
Ada
sekitar dua jam lebih saya nangkring di depan warung pak Made. Setelah itu kembali
menjelajah pulau Serangan, berkeliling menyeruak hutan bakau. Dari sana saya
kembali ke peradaban. Kuta.
Ada danau juga di Pulau Serangan |
###
Tersebutlah
teman saya Mg, penggila jalan-jalan dan mempunyai usaha dibidang jalan-jalan
juga. Kala itu Mg sedang membawa puluhan pasukan dari Jakarta untuk berlibur di
Bali. Nasib saya sebagai teman orang yang demen jalan-jalan adalah kecipratan
rejeki menginap gratis bersama pasukannya. Emang rejeki gak salah alamat.
Hotel
tempat Mg dan pasukan menginap, bukanlah hotel ecek-ecek. Hotel berbintang 4
dikawasan Kuta and i stayed there for
free for three nights. Rejeki kresecker, pesawat mureh dan penginapan
gratis. Terharu.
Malam
pertama di Bali, masih Imlek, hujan datang kembali. Simpan energi ajeb-ajeb
untuk esok.
#2 Day Two
Sarapan
di hotel bintang empat gratisan. Banyak manula asing sedang berlibur. Terpaksa
nyarap sama aki-aki dan nini-nini bule. Menurut saya lebih enak ngobrol sama
aki-aki and nini-nini bule, daripada yang masi muda. Cerita aki-nini ini lebih
banyak dan kocak. Seperti pasangan aki-nini dari Belanda yang mengaku demen
jalan walau sudah tua. Alasannya demi mencari matahari, konon di Belanda sedang
beku-bekunya, jadi mereka ke Bali. Ngungsi.
Aki-nini
tadi senang karena saya juga ngemeng pakai Bahasa Belanda, mereka yang sudah
tinggal di hotel ini sebulan lebih,
ceritanya banyak sekali. Ada satu hal yang mereka heran terhadap orang
Indonesia, kenapa senang sekali melihat salju. Bela-belain ke Eropa di musim dingin
cuman buat foto sama salju. Keluar rumah lalu pose abrakadabra abis itu fotonya
nongol di media sosial. Berdandan pake syal, bak orang sakit panas, tapi
nyengir kuda berlatar putih-putih salju alibaba.
Komentar
pedas aki-nini kepada saya, kurang lebih seperti ini, jika diterjemahkan
kedalam bahasa Betawi. “Eh, buset yah
tong, kite gak abis pikir tuh orang-orang Indo, pada gak kedinginan apa yak.
Nah kite aje nyariin matahari biar gak beku, lah mereka pade ke Belande buat
dingin-dinginan. Aneh bener yak. Udeh gitu tong, kite pernah mergokin didepan
rumah, mereka pada selpi-selpian. Sumpeh norak bener dah toong. Bujug buneng,
nih orang dari kampung mana yakk. Et dahh. Kite mah amit-amit jabang baby
disuruh begitu. Mendingan disini, di Indonesia. Enak banyakan matahari, anget
tong.”
Saya
hanya menimpali komentar aki-nini itu dengan bijak bestari. Alasannya kurang
lebih sama dengan aki-nini yang keranjingan matahari. Karena kami dibesarkan
tanpa salju, jadi salju merupakan komoditi mewah dan mahal untuk
mendapatkannya. Caranya yah pergi ke tempat bermusim salju lalu merasakannya.
Aki-nini
tadi nimpalin lagi. “Lah iyak tong, kite
ngarti kalo itu mah. Cuman yeh, narsisnye itu tong. Masa ampuuuunnn. Coba dah tong lo liat, noh di sosial media, kite aja gak gitu-gitu amat kalo lagi liburan.”
Waduh,
sepertinya saya ngalah aja dari perdebatan dengan si aki-nini, daripada kualat ama rusak
liburan gara-gara topik orang Indonesia yang narsis foto di salju. Lebih baik setelah
sarapan saya menenangkan diri di Pura. Meditasi.
###
Pura
Ulun Danu Beratan. Tujuan saya. Tampak di peta lumayan jauh jaraknya dari Kuta.
Pura ini ada ditengah-tengah pulau Bali. Tanpa membuang tempo, tancaplah saya
walau hujan-hujanan menuju Pura itu.
Gerbang Pura Ulun Danu |
Ada
sekitar satu jam lebih, baru saya tiba di kawasan Danau Beratan. Kawasan ini
banyak terdapat komunitas muslim. Ada masjid besar yang bersebrangan dengan
Pura Ulun Danu Beratan. Ah, indahnya kebersamaan. Cuaca mendukung, sudah dingin
ditambah gerimis. Makin dingin. Sempat terpikir ingin berbusana ala eropa di
musim dingin. Khawatir disangka gila, lebih baik saya urungkan niat. Apalagi
kalau si aki-nini tadi darmawisata ke sini juga, bisa-bisa mereka tambah sewot
dan saya dilempar ke danau.
Pura Ulun Danu Beratan |
Pura
Ulun Danu Beratan, bagi kawan yang belum pernah kesana, ada cara mudah untuk
melihat pura ini dengan hanya bermodalkan 50 ribu rupiah. Coba ambil selembar
uang lima puluh ribuan. Lihat baik-baik
bagian belakangnya. Nah, pura itu ada disana. Cakep.
Cukup 50 ribu langsung sampe :D |
Jagung
bakar manis dan strawberry adalah oleh-oleh standar dari kawasan danau ini.
Cukup sudah dengan suasana dingin, macam aki-nini bule, saya mau mencari
kehangatan. Mari cari matahari di pantai. Pilihan saya jatuh pada pantai
Pandawa. Pantai ciamik dengan tebing-tebing tinggi yang menambah kesan ho oh.
###
Sepanjang
pinggiran pantai Pandawa banyak cafe-cafe alias warung yang pas bener buat leyeh-leyeh.
Bersama tiga orang teman, kami melipir disana. Menghabiskan sore sampai
sore benar-benar habis. Kami baru beranjak dari pantai Pandawa ketika diusir
hujan. Bubar. Bubar semua. Pulang.
Aktifitas
pantai yang melelahkan, membuat kami lapar. Bosan dengan nasi Bali yang pedas,
kami makan malam ramen dan sushi. Loh ini di Bali atau Tokyo?
Sushi di Kerobokan |
###
Malam
minggu di Bali. Hujan reda, mestakung. Ajeb ajeb ajeb.
#3 Day Three
Perasaan
tidak enak. Bukan karena goyang yang gerakannya hanya nunjuk-nunjuk semalam
suntuk. Bukan karena akan sarapan bareng dengan aki-nini Holland itu lagi. Tapi
sesuatu yang lain. Ternyata benar saja. Saya tahu ketika cek sms. Pesawat
Airasia untuk kepulangan di hari Senin besok ditunda.
Sejatinya
saya akan terbang dengan pesawat pertama Airasia tujuan Jakarta. Take off
pagi-pagi budeg. Jadi bisa langsung ngantor
pagi. Ternyata pesawat saya ditunda hingga kamis. Bingung harus senang atau
susah.
Kalau
senang, ini di Bali. Liburan tambah panjang. Kalau susahnya, paling digantung
si Boss. Saya coba hubungi Airasia di Bandara, Ini kali pertama saya menumpang
Airasia tapi chaos. Kok bisa ya?
Kegiatan utama di Bali. Leyeh-leyeh dan air kelapa. Rela perpanjang liburan gara-gara pesawat gagal terbang. |
Setelah
diusut, paling tidak saya harus pindah jam, bukan pindah hari. Sialnya dihari
itu semua penerbangan Airasia sudah fully
booked. Setelah negosiasi ini itu, petugas meng-endorse penerbangan Airasia
saya, yang penting terbang dihari Senin..
Memang
kreseceker macam saya tidak jauh-jauh dari yang namanya gratisan. Petugas
Airasia membantu saya mencarikan pesawat lain yang terbang di hari Senin. For Free. Apa yang bikin saya tambah mesam-mesem waktu keluar
Bandara, saya mendapatkan tiket Garuda Indonesia dikelas Y, artinya kelas
ekonomi termahal. Full fare but free.
Ah, indahnya liburan. Terima kasih Airasia, maskapai merah ini memang juara
dah.
###
#4 Day Four
Masih
ada setengah hari di Bali. Tapi bingung mau kemana. Setelah check-out hotel,
saya sempatkan beli sedikit oleh-oleh. Sudah saking gak ada kerjaannya. Bali,
pasti saya akan sering kembali. Free flight Garuda hadiah dari Airasia, taking off now.
@arkilos
baiklah sebagai langkah awal, gue akan liat duit 50rb gue dulu...... xDDD
BalasHapusHehehe semprull
BalasHapusBro...ente msh di sekjen kagak sih?
BalasHapus