BODHI LIONG, kenapa dinamakan Bodhi dan bukan
Asam. Padahal dia ditemukan waktu masih bayi dibawah pohon asam dan bukan pohon
bodhi. Aneh saja kalau bayi diberi nama Asam. Bayi itu tumbuh menjadi seorang
pemuda. Tepatnya pemuda berkepala pelontos, selalu menutupi gundulnya dengan
bandana, berkaus oblong, bercelana jeans belel yang ngatung semata kaki, dan
berprofesi sebagai tukang tatto. Mirip anak punk? Bisa jadi. Tapi jauh dari
itu, dia dibesarkan di sebuah Vihara di Surabaya lalu merantau ke Medan, nyaris
menjadi Bhiksu. Tubuhnya kurus dengan balutan otot murni dari protein nabati
karena Bodhi seorang vegetarian seumur hidup.
Adalah seorang bhiksu bernama Liong. Semalam sebelum menemukan bayi di bawah pohon asam didepan Vihara-nya, bhiksu Liong bermimpi ada kilatan cahaya yang membelah pohon. Keesokan paginya, dia mendatangi pohon itu dan menemukan sesosok bayi tepat dipangkal akarnya. Tak berapa lama sang bayi digendong manjauhi pohon asam, sekonyong-konyong petir menyambar dan membelah pohon mirip kejadian dalam mimpi. Bhiksu Liong lantas merawat bayi tersebut dan menamainya Bodhi. ingat ya Bodhi, bukan Asam.
Bhiksu Liong sebagai orang tua dan
guru, mengajarkan sang bayi untuk selalu bergerak, berotasi, berputar, dan
jangan pernah diam terlalu lama disuatu tempat. Melanglanglah Bodhi dewasa ke
Asia Tenggara mencari kesejatian. Berlayar dari Belawan menuju Penang lanjut ke
Luang Prabang. Berbekal paspor sakti buatan Ompung Berlin, Bodhi berhasil menyusuri
sungai Mekong hingga menyambung hidup dengan cara menawarkan jasa sebagai
tukang tatto di Khaosan Road. Bukan sekedar backpacking
biasa kemudian narsis ditempat tujuan, perjalanan Bodhi bersama sahabat-sahabatnya
Bong, Kell, Epona, Star adalah mencari akar kesejatian.
“Bukan sekedar backpacking biasa kemudian narsis ditempat tujuan, perjalanan Bodhi
bersama sahabat-sahabatnya adalah mencari akar kesejatian.”
Kenalkan beberapa teman-teman Bodhi.
Ishtar Summer, seorang gadis backpacker yang
sangat cantik dan semlohai. Kerap dipanggil Star, dia idola setiap pria. Setiap
malam tiba, di dormitory room
tempatnya menginap bersama Bodhi, ekor mata setiap pria di dalam kamar sudah
siap demi menunggu momen-momen singkat dan spektakuler. Momen ketika Star
berganti baju. Bahkan ada yang bertaruh tentang warna bra yang dikenakan oleh
Star pada hari itu. Berbeda dengan Kell, dia justru melihat hal yang biasa saja
pada diri Star. Tak dinyana ternyata Star sering mengerling kepada Bodhi.
Kell, berusia awal 30-an. Sangat
tampan dan atletis. Niscaya mood Tuhan sedang sangat baik ketika
menciptakannya. Bernasib seperti Star, Kell adalah idola setiap wanita. Mungkin
karena itulah Kell dan Star tidak pernah akur. Mereka memiliki daya tarik kutub
yang sama, menjadikan kedua orang ini tidak pernah sejalan. Sosok Kell bagaikan
wujud representasi dari impian termuluk setiap pria. Muda, tampan, digila-gilai
banyak wanita dan bebas menginjeksikan sperma tanpa harus dimintai pertanggung
jawaban. Kell adalah guru tatto bagi Bodhi.
Lain lagi dengan gadis rambut dikuncir
kuda. Epona. Berperawakan tegap dan atletis. Selalu sigap. Raut mukanya serius
dan tegas karena dia adalah seorang penjinak ranjau profesional. Sebuah
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tingkat tinggi. Epona ahli merakit
determinator –alat untuk menjinakkan ranjau-. Kelak ketika ibu-ibu baru
melahirkan bayi dan sibuk merajut baju untuk anaknya, Epona pasti akan
membuatkan mainan determinator mini untuk anaknya. Kell menaruh hati pada
wanita tangguh ini.
Sahabat Bodhi lainnya adalah Bong.
Awal perkenalan Bong dengan Bodhi adalah ketika Bodhi ikut menonton konser
musik anak-anak punk. Entah bagaimana, Bodhi naik keatas panggung dan melakukan
moshing. Meloncat keluar udara dan
berharap ada penonton yang menangkapnya. Tetapi Bodhi hanya merasakan udara
hingga tubuhnya berdebam menghantam tanah. Bong disana dan cekikikan
menertawakan Bodhi, hingga menjulukinya Bodhi Batman. Kenapa namanya Bong dan bukan
Bang, Bing, atau Beng. Karena Bong adalah seorang pentolan punk berjiwa Robin
Hood. Gemar mengutil di toko-toko kapitalis untuk diberikan lagi kepada gembel
jalanan. Bong yang berjiwa sangat bebas merdeka menganggap Bodhi lebih dari
sekedar kawan, tapi seorang guru.
Kisah Bodhi Liong yang dibuat oleh Dewi
Lestari dalam bukunya Supernova edisi Akar memberikan kisah yang sangat
inspiratif. Dewi yang akrab disapa Dee, merilis novel Supernova edisi kedua
dari empat seri ini sekitar tahun 2000.
Akar jika ditulis ulang saat ini pasti
akan sarat kritik terhadap para penggemar jalan-jalan. Dimana sekarang begitu
mudahnya seseorang mendapatkan akses perjalanan pindah antar negara, maka
dengan murahnya mereka menobatkan diri menjadi backpacker. Hanya dengan bermodalkan smartphones dan foto selfie
lalu mengunggah ke media sosial demi tujuan aktualisasi diri. Dee sangat cerdas
dimasanya dalam memberikan sajian cerita, yang terus menginspirasi untuk
melihat indahnya Asia Tenggara. Buku ini juga sudah lebih dari 10 tahun menemani
dan menginspirasi saya bukan hanya untuk melihat Asia Tenggara tapi juga
menyapa dunia.
Om.
@arkilos
kreseckers@gmail.com
*tulisan
ini juga dijadikan resensi buku di Perpustakaan Kemenkeu
Komentar
Posting Komentar
Komentar aja mumpung gratis